Kamis, 15 Maret 2012

" Pola Kehidupan Masyarakat di Kawasan Tanah Abang "




1. SEJARAH "TANAH ABANG"


Tentunya tidak asing lagi di telinga kita ketika mendengar nama Tanah abang. tapi taukah anda sejarah kenapa bisa disebut Tanah abang, berdasarkan beberapa sumber sejarah yang saya baca dan yang saya tanya langsung dari penduduk peribumi begini ceritanya.

 Dahulu daerah Tanah Abang mulai dari jalan Abdul Muis sampai dengan kebon kacang banyak sekali di tumbuhi pohon sejenis pohon palm yang bernama pohon Nabang. Orang Belanda menyebut daerah itu "The Nabang" atau di baca "De Nabang".

 Kemudian pada tanggal 30 Agustus 1735 seorang anggota dewan hindia belanda bernama Justinus vink mendapatkan izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patram untuk membangun pasar, yaitu Pasar The Nabang, kemudian penduduk setempat menyebutnya singkat menjadi Pasar Tenabang, (biasa lah orang betawi rada kaku nyebut bahasa inggris) dan juga Pasar Weltervreden (sekarang bernama pasar senen) dalam surat izin tersebut Pasar Weltervreden hari pasarnya adalah hari sabtu. Pasar Senen khususnya menjualsayur-mayur dan pasar The Nabang menjual berbagai tekstil dan kelontong.
Kemudian perkembangan daerah ini semakin pesat, Nabang, atau Tenabang, berubah menjadi Tanah Abang setelah pembangunan stasiun KA tahun 1890. Perusahaan KA menganggap Tenabang itu berasal dari Tanah Abang dalam bahasa jawa berarti tanah merah, secara kebetulan juga daerah itu memang memiliki tanah berwarna merah. Lalu nama itu secara resmi digunakannya di stasiun KA. Besar kemungkinan pengelola stasiun itu berasal dari Jawa, ia mengira penyebutan Tenabang itu salah, lalu ia mencoba untuk “meluruskan”.

 Kebakaran
Sejarah perkembangan Tenabang sendiri, tercatat banyak diwarnai peristiwa kebakaran. Kebakaran pertama kali pada 1740, atau lima tahun setelah dibangun, dengan terjadinya peristiwa pembantaian orang-orang Tionghoa. Dibangun kembali pada 1881, Tenabang dikembangkan lagi dengan pembangunan tiga bangunan berbentuk los panjang, dengan dinding bata dan atap genteng pada 1926, kondisi yang cukup modern pada saat itu.

 Pada 1975 pemerintah melakukan renovasi, hingga terdapat sekitar 4.351 kios, dengan luas bangunan total menjadi sekitar 11.154 m2. Tapi baru saja direnovasi, Tenabang kembali terbakar pada 1978. Hampir seluruh kios di lantai dua Blok A, serta semua lantai di Blok B, hangus terbakar.
Perkampungan orang-orang Betawi perlahan lenyap, tempat-tempat yang menjadi kenangan masa lalu digantikan gedung tinggi dan megah nantinya. Seperti halnya kata Tenabang, yang kini telah dengan manstab tergantikan dengan nama Tanah Abang. Atau seperti Hotel Indonesia yang bersejarah itu kini berganti nama Hotel Gran Indonesia.

Tanah Abang dari masa ke masa

              jalan jatibaru tanah abang tempo dulu 


 
                       petamburan tempo dulu


     jalan tanah abang II tempo dulu


2. Tanah Abang Saat Ini

Saat ini Pasar Tanah Abang merupakan pusat perdagangan tekstil utama ke berbagai wilayah di Indonesia dan juga Asia bahkan dunia. Barang grosiran pakaian sangat diminati oleh banyak konsumen yang berbelanja di sini. Ada banyak juga wisatawan-wisatawan yang berbelanja disini pada saat mereka berkunjung ke Jakarta dan di jual kembali oleh mereka di negaranya dengan keuntungan berlipat ganda.
Pasar Tanah Abang 82.386,5 meter persegi, saat ini terdiri dari 3 wilayah gedung yang biasa disebut Tanah Abang Lama, Tanah Abang Metro, dan Tanah Abang AURI.
Tanah Abang Lama terdiri atas beberapa blok di antaranya blok A, B, dan F. Masing-masing blok ini terdiri dari kios-kios. Tanah Abang AURI terdiri atas beberapa blok diantaranya adalah blok A, B, C, D, E, F, AA, BB, CC. Blok-blok yang ada di Tanah Abang AURI adalah kumpulan ruko yang menjual tekstil kecuali untuk blok E yang berupa kios-kios yang menjual pakaian dalam bentuk grosir atau eceran. Di sana pun terdapat Masjid yang sangat luas terdapat di atas gedung blok A. dan terdapat juga food court jika pengunjung lapar bisa makan di sana.