BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pada awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan
militer atau perang. Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Mukadimah
UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka
ia menjadi doktrin pembangunan dan diberi nama Ketahanan Nasional. Mengingat
geostrategi Indonesia memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman, dan
sebagainya, maka ia menjadi amat berbeda wajahnya dengan yang digagaskan oleh
Haushofer, Ratzel, Kjellen dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari geostrategi?
2. Apakah pengertian dari geostrategi
Indonesia?
3. Bagaimana hubungan geostrategi dengan
Ketahanan Nasional?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan;
b. Memberikan informasi seputar
geostrategi Indonesia;
c. Menambah wawasan tentang
Ketahanan Nasional.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan
ini antara lain:
BAB I. Pendahuluan,
memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II. Kajian
Pustaka, memuat tentang deskripsi dari teori-teori.
BAB III. Pembahasan
dan Studi Kasus, membahas materi dengan berbagai sudut pandang.
BAB IV. Kesimpulan,
memuat kesimpulan dari hasil pembahasan materi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Geostrategi
Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan
kondisi dan konstelasi geografi sebagai faktor utamanya. Di samping itu dalam
merumuskan strategi perlu memperhatikan kondisi social, budaya, penduduk,
sumber daya alam, lingkungan regional maupun internasional.
Geostrategi juga merupakan cabang dari geopolitik yang berurusan
dengan strategi. Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan
memperhitungkan kondisi dan konstelasi geografi sebagai faktor utamanya. Di samping
itu dalam merumuskan strategi perlu memperhatikan kondisi sosial, budaya,
penduduk, sumber daya alam, lingkungan regional maupun internasional.
Geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara
(Poernomo, 1972), yang pada awalnya diartikan sebagai geopolitik untuk
kepentingan militer. Hal ini tentunya berkaitan dengan arti strategi itu
sendiri, yaitu ilmu atau seni tentang jenderal (the art of generalship).
Strategi itu sendiri semula banyak dikembangkan oleh kaum militer, yakni
bagaimana memenangkan perang. Namun kini istilah strategi lebih popular pula di
kalangan ekonom, industialis, bahkan para ahli pendidikan. Jadi pemikiran
strategi kini diartikan bagaimana kita akan memenangkan pasar untuk keperluan
produk kita dan sekaligus untuk meyakinkan kita bahwa bahan baku lebih terjamin
lebih lama (sampai lebih dari 20 tahun) dari awal perhitungan kita, serta
bagaimana kita menggunakannya seefektif mungkin (Pearson, 1990: 2).
Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang
bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan
terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan
bermartabat. Sir Balford Mackinder (1861-1947), guru besar geostrategi
indonesia Universitas London teori yang dikembangkannya tentang “geostrategi
continental”, merupakan teori yang saat ini digunakan oleh negara-negara
maju maupun negara-negara berkembang (Suradinata, 2005:10).
Berdasarkan keterangan di atas, maka lebih lanjut geostrategi didefinisikan
sebagai kebijakan untuk menentukan sarana-sarana, untuk mencapai tujuan politik
dengan memanfaatkan konstelasi geografi. Sebagai akibatnya geostrategi menjadi
upaya menguasai sumber daya untuk tujuan kelangsungan hidup bangsa
2.2 Pengertian
Geostrategi Indonesia
a. Geostrategi Indonesia merupakan
strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk
menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional
bangsa Indonesia.
Konsepsi geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno
pada tanggal 16 Juni 1948 di Kotaraja (kini Banda Aceh) setelah menerima defile
Angkatan Perang (militer) dalam rangka kunjungan kerja ke daerah Sumatra yang
belum/tidak diduduki Belanda (Basry, 1995: 50-51). Namun sayangnya gagasan
beliau kurang/tidak dikembangkan oleh para pejabat bawahan karena seperti kita
ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir Desember 1948. Setelah
pengakuan kemerdekaan pada tahun 1950 garis besar pembangunan politik kita
adalah “nation and character building”, yang sebenarnya merupakan
pembangunan jiwa bangsa.
Dapat pula dikatakan bahwa geostrategi indonesia adalah memanfaatkan
segenap kondisi geografi indonesia untuk tujuan politik dan hal itu secara
rinci dikembangkan dalam pembangunan nasional (Suradinata, 2005:33; Armawi,
2005:1)
b.
Sifat-sifat geostrategi Indonesia:
1)
Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan,
geostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas,
eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
2)
Bersifat developmental/pengembangan, yaitu pengembangan
potensi kekuatan bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hankam sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.
c.
Anatomi ketegangan. Perbedaan pengembangan pandangan sangat dipengaruhi doktrin
politik yang berlaku bagi masing-masing
bangsa.
Berikut adalah macam-macam perbedaan
pandangan:
a)
Pandangan perang menurut Barat; pada umumnya bangsa barat
menganut paham perang sebagai kelanjutan tindakan politik dengan cara
lain.
b)
Pandangan perang menurut Komunis; peperangan tidak hanya
bercorak militer, melainkan juga diplomasi, psikologi, ekonomi,
sosial budaya, dan militer.
c)
Pandangan perang menurut Bangsa Indonesia; perang merupakan
jalan terakhir karena terpaksa untuk membela diri.
2.3. Hakikat Ketahanan Nasional
Pengertian Ketahanaan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dan menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan,
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung
maupun yang tidak langsung membahayakan integritas dan identitas kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional
Indonesia (Suradinata: 2005: 47).
Berdasarkan uraian tersebut, maka geostrategi pada hakikatnya ialah
memanfaatkan segenap kondisi geografi atau letak Indonesia untuk tujuan
politik, dan hal itu secara rinci lebih dikembangkan dalam pembangunan
nasional. Jadi jelas bahwa dalam menyusun strategi suatu kesatuan negara
diperlukan dan dikembangkan untuk mewujudkan dan mempertahankan integritas
bangsa dan wilayah tumpah negara Indonesia, mengingat kemajemukan bangsa
indonesia serta sifat khas wilayah tumpah darah negara negara indonesia, maka
geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk Ketahanaan Nasional. (Kaelan,
Zubaidi Achmad, 2010, hal 145-146).
1. Hakikat Ketahanan Nasional
a) Ketahanan
nasional bidang ideologi; kondisi yang berlandaskan akan
kebenaran ideologi Pancasila serta menangkal nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa.
b) Ketahanan nasional bidang politik;
kondisi yang berdasarkan demokrasi Pancasila dan UUD 1945 yang
menghasilkan stabilitas politik serta penerapan politik luar negeri yang
bebas aktif.
c) Ketahanan nasional bidang Ekonomi;
kondisi
yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas dan kemandirian
konomi.
d) Ketahanan
nasional bidang sosial budaya; kondisi yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial-budaya
sehingga dapat menangkal penetrasi budaya asing yang tidak
sesuai.
e) Ketahanan nasional bidang pertahanan;
kondisi yang membuat daya tangkal bangsa yang dilandasi
kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung unsur stabilitas
keamanan yang dinamis serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan
menangkal segala bentuk ancaman.
2. Sifat Ketahanan Nasional
a)
Manunggal; merupakan ciri utama bangsa Indonesia yaitu manunggalnya
unsur lahirlah dan batiniah serta manunggalnya unsur materiil dan
spiritual.
b)
Mawas ke dalam; merupakan sifat yang selalu memperhatikan
unsur-unsur perjuangan dan kemerdekaan
Indonesia.
c)
Berwibawa; merupakan hasil pancaran kejiwaan
dari sikap bangsa yang mandiri dan percaya atas kebenaran
perjuangan sehingga disegani dan dihormati dalam pergaulan antar
bangsa.
d) Dinamis
e) Tidak adu kekuatan;
merupakan sikap yang cinta damai dan mawas diri.
f) Percaya diri sendiri;
merupakan sifat yang bertumpu pada kekuatan sendiri
serta bersendikan padakepribadian
bangsa.
g)
Tidak bergantung pihak lain;
merupakan sifat mandiri yang tidak
hanya mencakup bidang politik, tetapi jugabidang ekonomi, sos-bud, dan
pertahanan negara.
3. Asas Asas Ketahanan Nasional:
a) Asas-asas kesejahteraan
dan keamanan
b) Asas komprehensif
integral atau menyeluruh terpadu
c) Asas mawas
kedalam dan
mawas keluar
d) Asas kekeluargaan
4. Tiga Aspek (Trigatra) Kehidupan Alamiah:
a. Gatra letak dan kedudukan geografis
b. Gatra
keadaan dan kekayaan alam
c. Gatra keadaan dan kemampuan
penduduk
5. Lima aspek (Pancagatra) dalam kehidupan sosial:
a) Gatra
ideologi
b) Gatra politik
c) Gatra
ekonomi
d) Gatra
sosial budaya
e) Gatra
ketahanan dan keamanan
Pembinaan ketahanan nasional Indonesia adalah
proses transpormasi sumber daya secara efisien dan ekonomis, untuk
menghasilkan spektrum kemampuan dan kekuatan yang berupa daya kekebalan, daya
berkembang, dan daya tangkal atau daya kena dalam sistem nasional.
Langkah-langkah pembinaan
ketahanan nasional Indonesia:
I. Pembinaan ketahanan nasional gatra
ideologi:
a)
Pengalaman pancasila secara subjektif dan
objektif
b)
Pancasila sebagai ideologi terbuka
c)
Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep wawasan nusantara Pancasila sebagai
pandangan hidup negara dan dasar RI
d)
Pembangunan sebagai pengamalan
pancasila
e)
Pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan
II. Pembinaan ketahanan nasional gatra politik:
a) Mengembangkan
kehidupan kenegaraan dan politik dalam negeri berdasarkan pancasila dan UUD
1945
b) Mengembangkan
kehidupan politik luar negeri sebagai sarana pencapaian kepentingan nasional
dalam pergaulan antar bangsa
III. Pembinaan ketahanan nasional gatra ekonomi
a) Mengembangkan
sistem ekonomi di Indonesia
b) Implementasi
ekonomi kerakyatan
c) Memantapkan
struktur ekonomi secara seimbang dan langsung menguntungkan
d) Melaksanakan
pembangunan sebagai usaha bersama
e) Memeratakan
pembangunan dan memanfaatkan hasil-hasilnya
f) Mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan bersaing secara sehat
IV. Pembinaan ketahanan nasional gatra social budaya:
a) Mengembangkan
sistem sosial budaya
b) Mengkondisikan
dan membina manusia, masyarakat Indonesia yang berjiwa Pancasila
c) Mengembangkan
kehidupan beragama
d) Mengembangkan
sistem pendidikan nasional
V. Pembinaan ketahanan nasional gatra pertahanan dan keamanan
a)
Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan
b)
Mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku
c) Melakukan
pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
d) Melindungi
potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan
e) Mengembangkan
perlengkapan dan peralatan
f)
Mengembangkan TNI sebagai tentara rakyat
g)
Mengembangkan POLRI sebagai kekuatan kamtibnas
Sebagaimana dikemukakan oleh Rosenau bahwa pergeseran
dari tahap industrial ke tahap pasca industrial telah mengubah kondisi global
manusia. Periode politik internasional dimana negara kebangsaan mendominasi
skenario global telah digantikan dengan politik pasca international yaitu
periode di mana negara kebangsaan harus membagi panggung pentasnya dengan
berbagai organisasi internasioal dan transnasional dalam berbagai bidang,
terutama dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
hidup ( Hall, 1990: 71).
BAB III
PEMBAHASAN DAN STUDI
KASUS
Selat Malaka
Selat Malaka memiliki garis laut sepanjang 900 kilometer dengan jarak
antara pantai Sumatra dan Singapura kurang lebih hanya 3 km saja, merupakan
jarak terpendek perairan yang menjadi transit banyak kapal bermuatan minyak.
Topografi kedalaman Selat Malaka hanya 25 meter saja, ini yang menjadikan Selat
Malaka jalur internasional yang paling sulit dilalui mengingat terdapat kurang
lebih 60.000 kapal tanker lewat selat ini setiap tahunnya. Dari uraian di atas,
Selat Malaka menjadi jalur tersibuk di seluruh dunia.
Fakta sejarah Selat Malaka dapat ditelusuri melalui konteks sejarah jaman
Sriwijaya dan Majapahit pada masa kerajaan-kerajaan pan-Asia Tenggara. Wilayah
Selat Malaka kemudian menjadi teritori kesultanan Malaka pada era
pra-kolonialisme yang berpusat di Pulau Sumatra. Sedangkan pada era
kolonialisme, pelabuhan ini kemudian menjadi milik kontrol Belanda di Indonesia
dan Inggris di Singapura.
Arti penting Selat
Malaka
Selat Malaka memiliki arti penting bagi semua negara terutama dalam konteks
perdagangan internasional sebagai jalur tersibuk di dunia dan ancaman yang
datang dari: (1) perompak, (2) ambiguitas yurisdiksi hukum internasional Laut
(UNCLOS 1982), (3) jarak Laut Teritorial (ZEE) yang saling tumpang tindih
antara negara satu dengan negara lainnya, serta (4) yuriskdiksi peran krusial
masing-masing negara dalam menjaga keamanan di Selat Malaka.
Perubahan geopolitik
Selat Malaka di era kekinian
Permasalahan yang timbul karena adanya perkembangan yang penting di bidang
perkapalan dan perubahan-perubahan dalam strategi militer secara global dari
negara-negara besar. Selat Malaka merupakan satu tempat di mana selalu dilalui
oleh kapal-kapal dimana sejak 1967. Kapal-kapal tangki raksasa banyak
bermunculan membawa minyak dari Timur Tengah ke Jepang dan Timur Jauh. Namun
kondisi geografis Selat Malaka yang sempit, dangkal, berbelok-belok, dan ramai
itu semakin lama semakin terbatas untuk dapat melayani kapal-kapal tangki
raksasa yang semakin lama semakin besar dan banyak.
Selain itu, juga terdapat tantangan sekaligus hambatan yang mengancam jalur
lalu lintas di Selat Malaka. Topografi Selat Malaka yang kurang memadai
menjadikannya beresiko terhadap kecelakaan kapal pengangkut minyak dan
komoditas lainnya seperti kapal karam dan resiko digunakan sebagai sasaran
terorisme yang mengerikan. Misalnya kapal tanker yang ditabrakkan ke kapal
tanker lainnya dengan jalur demikian padat dapat memicu kecelakaan dan ledakan
luar biasa yang berkonsekuensi terhadap perusakan lingkungan, minyak tumpah ke
laut, dan terhambatnya arus lalu lintas barang dan jasa antarnegara. Hal ini
yang menjadi perhatian geopolitik utama di Asia Tenggara sehingga menarik
seluruh aktor baik regional, dan internasional untuk terlibat langsung dalam
pengawasan jalur tersebut. Munculnya perompak-perompak yang diklaim berasal
dari gerakan separatisme Indonesia, yakni GAM, dinilai sangat mengganggu
kelancaran jalur perdagangan di Selat Malaka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik dua faktor utama geopolitik Selat
Malaka yaitu (1) semakin padatnya lalu lintas di Selat Malaka yang dinilai
mengundang instabilitas regional terkait siapa yang secara yuridis bertanggung
jawab menjamin keamanan Selat Malaka, dan (2) hadirnya militer laut asing
seperti Amerika Serikat dan Rusia untuk turut menjamin keamanan mengundang
banyak kontroversi termasuk dari aktor-aktor regional seperti Malaysia dan
Indonesia yang mengklaim sebagai pihak yang semestinya memiliki legitimasi
penuh di Selat Malaka. Oleh karena itu, butuh strategi khusus yang
mengintegrasikan kekuatan-kekuatan eksternal yang berkepentingan untuk
bersinergis membentuk basis pertahanan laut di wilayah tersebut.
Persoalan yang muncul dari strategi di atas ialah wacana siapakah yang
dilibatkan dalam pertahanan tersebut. Hal inilah yang menuai kontroversi
politis dan militer sehingga empat negara tersebut bersitegang mempertahankan
egoisme masing-masing. Adapun strategi utama yang disepakati oleh keempat
negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand) tertuang dalam
kesepakatan pertahanan dan patroli terkoordinasi di perairan Selat Malaka.
MisalnyaThe Five Power Defence Arrangement (FPDA) yang
beranggotakan Malaysia, New Zealand, Singapore dan Inggris tanpa keikutsertaan
Indonesia
Secara positif, strategi “patroli koordinasi” ini dipandang telah efektif
menekan tingkat kejahatan laut di Selat Malaka. Adapun setiap negara memiliki
strategi yang bervariasi. Malaysia, misalnya, berusaha untuk menjaga
kesimbangan antara kekuatan eksternal seperti Amerika Seriakt dan China di
Selat Malaka, menjaga keamanan di Selat Malaka dengan membentuk Malacca
Strait Sea Patrol dengan Indonesia dan Singapura (meskipun pada
akhirnya menimbulkan ketegangan bilateral, utamanya dengan Indonesia),
mengadakan kerjasama dengan Indonesia dan Singapura melalui TTEG (The
Tripartite Technical Expert Group) untuk membahas lalu lintas pelayaran di
Selat Malaka, dalam jangka panjang Membangun jembatan yang melintasi Selat
Malaka yang salah satu ujungnya berada di Malaka, Malaysia dan di Pulau Rupat,
Riau, Indonesia yang juga melintasi Singapura.
Geostrategi Malaysia
di Selat Malaka: arti penting Selat Malaka bagi Malaysia
Adapun sasaran strategi Malaysia di atas dilandaskan pada pertimbangan
sebagai berikut: pertama, Selat Malaka tidak hanya Sea
Lines of Trade (SLOT) dan Sea Lines of Communication (SLOC),
tetapi juga dipandang sebagai jalur strategis proyeksi Armada Laut
negara-negara maritim besar dalam rangka forward presence dan global
engagement ke seluruh dunia. Sehingga keamanan Selat Malaka menjadi
tanggung jawab negara-negara pesisirnya karena bila keamanan di Selat Malaka
terancam maka itu juga menjadi ancaman bagi seluruh negara dan menimbulkan
dampak negatif dalam bidang instabilitas perekonomian dunia terutama di
negara-negara yang berada di pesisir Selat Malaka.
Kedua, mengingat Selat Malaka sangat strategis
dimana memisahkan 3 negara yakni Malaysia, Indonesia dan Singapura sehingga
pihak Malaysia sangat menginginkan terealisasinya pembangunan jembatan yang
melintasi Selat Malaka karena dengan adanya jembatan Selat Malaka tentunya hal
ini akan memudahkan hubungan multilateral di antara ketiga negara tersebut
dengan demikian mobilisasi wisatawan akan semakin mudah dan akan menguntungkan
dalam segi ekonomi bagi ketiga negara tersebut.
Geostrategi Thailand
di Selat Malaka: arti penting Selat Malaka bagi Thailand
Thailand melihat keuntungan perekonomian jangka panjang Selat Malaka
sebagai pelabuhan transit yang menghubungkan jalur perdagangan
negara-negara besar seperti China, Jepang, Korea, India, Timur Tengah, dan
Afrika. Thailand berefleksi kepada kemajuan Singapura sebagai pelabuhan transit
internasional yang paling besar di kawasan Asia Tenggara, berkembang menjadi
negara kecil dengan perekonomian paling maju di seluruh Asia Tenggara.
Strategi Thailand di
Selat Malaka
Berkaca dari fakta geopolitik dan arti strategis di atas, Thailand
merancang skenario untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia, Malaysia, dan
Singapura dalam menjaga keamanan jalur laut di Selat Malaka. Bersamaan dengan
itu, Thailand membangun sebuah kanal di wilayah Kra dengan tujuan efisiensi
jalur transportasi laut apabila di masa mendatang jalur Selat Malaka menjadi
terlalu padat dan tidak aman lagi untuk dilintasi oleh kapal tanker yang
semakin besar. Sasaran inilah yang ingin dimanfaatkan oleh Thailand sehingga
dapat menguntungkan perekonomiannya. Bahkan Thailand telah merintis alternatif
dengan menawarkan pelayanan lebih baik dan pajak yang lebih murah dibandingkan
Singapura.
Selain aktor regional
berkepentingan di Selat Malaka juga terdapat kepentingan China, Amerika Serikat
dan Jepang tentang arti geopolitik Selat Malaka.
China. Pertumbuhan ekonomi China yang pesat menjadikan ia membutuhkan bahan
baku industri yakni minyak mentah semakin banyak. Sebagian besar kapal
pengangkut minyak ke China harus melewati Selat Malaka. Selat Malaka merupakan
kunci dari keamanan energi China. Sehingga China sangat berkepentingan untuk
menjaga Selat Malaka tetap aman dan agar Selat Malaka selalu terbuka untuk
kapal-kapal yang mengangkut minyak untuk China.
Amerika Serikat. Pesatnya perkembangan China menjadikan Amerika mencoba memberikan
pengaruhnya untuk mengontrol navigasi Selat Malaka. Dengan adanya kontrol
terhadap Selat Malaka, maka suplai minyak ke China akan sedikit terhambat dan
industrinya tidak dapat berjalan karena tidak ada bahan bakunya yakni minyak.
Selain itu Amerika juga mengadakan latihan bersama di kawasan Selat Malaka hal
ini bertujuan untuk memudahkan Amerika memetakan bagaimana kekuatan
negara-negara di pesisir Malaka.
Jepang. Sama halnya seperti China, Jepang sangat membutuhkan Selat Malaka sebagai
jalur laut pengiriman produk-produk Jepang ke wilayah Eropa, Timur Tengah dan
Afrika. Jepang merupakan salah satu negara di luar Asia Tenggara yang secara
aktif berusaha membantu menyelesaikan permasalahan pembajakan di laut.
Strategi aktor
eksternal di Selat Malaka. Inisiatif China. Dalam
hal militer dan pengamanan Selat Malaka, sikap Malaysia terhadap China tetap
tidak menginginkan kapal-kapal Cina yang berjaga-jaga di kawasan ini sebagai
pengamanan impor minyak Cina. Namun, dalam hal ekonomi dan pembangunan Jembatan
Selat Malaka, Malaysia bekerjasama dengan Cina (PT. Malacca Strait Cooperation)
dengan penyiapan dana kurang lebih 12,75 dollar Amerika.
Inisiatif
Amerika Serikat. Admiral Thomas Fargo, head of
U.S forces in the Asia-Pacific menyarankan adanya pasukan AS yang berpatroli di
kawasan Selat Malaka melalui Regional Maritime Security Inisiative untuk
meminimalisir tindakan teorisme dan pembajakan disana. Langkah ini tentu
berkaitan dengan strategi Amerika dalam memiliki partner dagang yang strategis
(Jakarta Post, 9 Juni 2004). Menurut Admira Fargo, kekuatan angkatan laut AS
yang memadai dan teknologi yang canggih dapat menghasilkan interdiksi yang
efek.
Inisiatif
Jepang. Bantuan untuk pengamanan di selat Malaka
terutama datang dari Jepang yang sampai sekarang secara konsisten membiayai
Dewan Selat Malaka (The Malacca Straits Council), yang kemudian Dewan tersebut
membentuk The Straits of Singapore and Malacca Revolving Fund, bagi
ketiga negara selat (Indonesia, Malaysia dan Singapura) yang akan dikelola
secara bergilir.
Kesimpulan
Negara-negara besar telah menyatakan keinginannya untuk terlibat
mengamankan Selat Malaka, seperti AS, Cina, dan Jepang. Namun negara-negara
pantai di Selat Malaka, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia telah
menyatakan dengan tegas bahwa negara- negara pantai yang bertanggung jawab atas
pengamanan Selat Malaka. Negara lainnya diharapkan hanya memberikan bantuan,
terutama di bidang peralatan dan informasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Ketahanan Nasional Indonesia adalah
kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenapaspek kehidupan nasional
yang terintegrasi. Ketahanan
Nasional harus diwujudkan. Sehingga mulaisejak dini harus selalu dibina dan disinergikan dengan kehidupan bermasyarakatan
dan bernegara. Oleh
karena itu, geostrategi dibutuhkan untuk mewujudkan
kondisi tersebut yang berupa konsepsi
yangmemperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia (Konsepsi ketahanan nasional
Indonesia). Ketahanan nasional diperlukan suatu bangsa agar timbul suatu kedamaian dan kestabilan
dalam kehidupan bernegara.
PERTANYAAN
1. Seberapa pentingkah geostrategi bagi
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia ?
2. Bagaimana peran pancasila dalam
geostrategi Indonesia ?
3. Mengapa ospek ideologi sangat berpengaruh
pada ketahanan nasional ?
Daftar Pustaka
Soemiarno, Slamet,
dkk. 2008. MPKT Buku Ajar III: Bangsa, Negara, dan Lingkungan
Hidup di Indonesia. Depok: Penerbit FEUI
Kaelan,
Zubaidi Achmad. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan: Geostrategi
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit PARADIGMA
Referensi dari
internet:
http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2117279-pengertian.hal 143-geostrategi/#ixzz1YmRE2Fn8 (diakses pada tanggal 21 September 2011)